Rabu, 24 April 2013

Persentase Status Gizi Balita di Kabupaten Musi Rawas


Pemantauan Status Gizi Balita (PSG)
Kabupaten Musi Rawas tahun 2013

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri. Sejak tahun 2010 untuk mengukur keadaan gizi anak balita digunakan standar Anthropometri WHO-2005 yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (z-score>+2 SD); gizi baik (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score <-3 SD) untuk index berat badan menurut umur. Namun dari beberapa studi/survei yang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan (BB/TB), pada umumnya, pengukuran BB/TB menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas, dan sensitif/peka dibandingkan prevalensi berdasarkan pengukuran berat badan menurut umur seperti hasil dari pengukuran prevalensi gizi kurang menurut BB/TB (wasting). Untuk mengetahui status gizi balita secara proposional maka dilakukan juga pengukuran dengan indeks TB/U dengan kategori: sangat pendek (z-score <-3), pendek (z-score<-2 SD sampai -3 SD) dan normal (z-score-2 SD sampai +2 SD). Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase balita perempuan bergizi baik relatif lebih tinggi daripada balita laki-laki, demikian pula gizi kurang/buruk lebih tinggi pada balita laki-laki dibandingkan balita perempuan. 

Kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh Kabupaten Musi Rawas tahun 2012 diukur pada 5500 sampel balita 0 – 59 bulan. Pengambilan sampel secara acak menggunakan interval. Metode yang digunakan crossectional/ potong lintang yaitu: dilakukan hanya sekali pengukuran pada bulan Juli 2012.

Berdasarkan indikator BB/U didapat hasil:
-        anak yang berstatus gizi baik: 87,95 %,
-        anak yang berstatus gizi kurang: 7,95 %
-        anak yang berstatus gizi buruk: 0,71 %
-        anak yang berstatus gizi lebih: 3,22 %

Berdasarkan indikator BB/TB didapat hasil:
-        sangat kurus: 0,76%
-        kurus: 5,67%
-        normal: 82,53%
-        dan status gizi lebih: 6,69%.

Berdasarkan indikator TB/U didapatkan hasil:
-        sangat pendek : 3,24 %
-        pendek: 11,5%
-        normal: 83,45%
-        tinggi: 1,76 %

Berdasarkan patokan dari atau sasaran dari program perbaikan kategori status gizi buruk dan status gizi kurang harusnya berada di bawah 15 %. Melihat data status gizi kurus+sangat kurus (baca: kurus tambah sangat kurus) di Kabupaten Musi Rawas sebesar 6,43% dapat diintepretasikan  bahwa status gizi balita di Kabupaten Musi Rawas masih dikategorikan sebagai daerah rawan gizi ringan.
Terdapat 16 balita yang berstatus gizi sangat kurus dengan penyakit penyerta yaitu: penyakit TB paru dan Hepatoma, ISPA dan diare. Balita-balita yang berstatus gizi buruk dan mempunyai penyakit penyerta sudah mendapatkan perawatan di Rumah sakit sampai dinyatakan boleh pulang oleh dokter, dilanjutkan perawatan di rumah dengan pengawasan dari bidan desa setempat. Balita yang berstatus gizi sangat kurus lainnya tanpa penyakit penyerta di bawah pengawasan dan perawatan petugas kesehatan terutama petugas gizi puskesmas dan bidan desa.
Daerah atau kecamatan yang status gizinya (sangat kurus+kurus/KEP) telah berada dibawah 15% hanya sebagian besar wilayah  Kabupaten Musi Rawas merupakan daerah rawan terjadi masalah gizi ringan, terutama hal-hal yang berhubungan dengan asupan konsumsi energi dan protein yang masih kurang, pola asuh yang belum jelas dan penyakit-penyakit infeksi pada anak balita yang masih sering terjadi.
A.6. Pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TB-ABS)

Tinggi badan anak baru masuk sekolah merupakan refleksi status gizi pada umur sebelumnya atau umur balitanya. Anak dengan riwayat kekurangan Energi dan Protein (KEP) yang berat dan menahun sulit untuk mengejar ketinggalan pertumbuhannya dalam waktu singkat guna mencapai tinggi badan normal sesuai umurnya. Oleh karena itu tinggi badan anak baru masuk sekolah dapat menggambarkan tingginya prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak tersebut. Faktor paling mendasar yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak adalah keadaan sosial ekonomi keluarga meliputi: pendapatan, pendidikan, pengetahuan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain.

            Dari pengukuran anthropometri anak sekolah pada 192 SD (7356 anak)  di Kabupaten Musi Rawas di dapat hasil persentase status gizinya:
Indikator BB/U :
-        Buruk               : 0,56%
-        Kurang             : 12,9%
-        Baik                 : 83,3%
-        Lebih               : 3,25%
Indikator TB/U :
-        Sangat pendek             : 3,34%
-        Pendek                         : 18,8%
-        Normal                        : 76,4%
Indikator BB/TB :
-        Kurus Sekali                : 0,79%
-        Kurus                           : 7,48%
-        Normal                        : 72,7%
-        Gemuk                         : 19,4%
Indikator IMT/U:
-        Kurus                           : 15,5%
-        Normal                        : 58,6%
-        Overweight                 : 9,79%
-        Obesitas                      : 15,4%

Dilihat dari hasil pengukuran ternyata anak-anak SD baru masuk sekolah 22,14% berstatus gizi pendek, hal ini berkontribusi dengan angka status gizi gemuk yang cukup tinggi yaitu 19,4%.